GLOBAL JURNAL - Pertama, intiqal, artinya wujud Allah SWT berpindah kepada makhluk, seperti seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kedua, ittihad, artinya dua wujud menjadi satu, seperti bersatunya emas dengan tembaga.
Ketiga, hulul,
artinya wujud Allah SWT masuk ke dalam makhluk, seperti air masuk ke
dalam kendi. Keempat, ittisal, artinya wujud Allah SWT berhubungan
dengan makhluk, seperti manusia dengan anggota tubuhnya.
Masalah
kedua adalah syariat berbeda dengan hakikat. Menurut paham ini,
perbedaan Tuhan dengan makhluk hanya dari segi syariat, bukan dari segi
hakikat.
Syekh Ar-Raniri menolaknya dengan mengemukakan sejumlah
pandangan dari para ulama yang menyatakan kaitan yang sangat erat
antara syariat dan hakikat.
Kecakapan dan pengetahuan Syekh
ar-Raniri sangat luas dan tidak terbatas hanya dalam pengetahuan agama.
Ilmunya juga mencakup berbagai pengetahuan umum, seperti filsafat,
sejarah, dan perbandingan agama.
Perjalanan hingga ke Nusantara
Sebagaimana
layaknya kota-kota pelabuhan yang lain, Kota Ranir sangat ramai
dikunjungi para pendatang dari berbagai penjuru dunia. Ada yang berasal
dari Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa.
Tujuan utama mereka adalah melakukan aktivitas bisnis dan mencari
sumber-sumber ekonomi baru.
Di samping itu, mereka juga
berdakwah dan menyebarluaskan ilmu-ilmu agama. Dari Ranir pula, mereka
kemudian berlayar kembali menuju pelabuhan-pelabuhan lain di Semenanjung
Malaka dan Hindia untuk keperluan yang sama.
Kehidupan para
pendatang ini pada akhirnya turut memengaruhi pola kehidupan penduduk
lokal. Kemudian, jadilah orang-orang Ranir dikenal sebagai masyarakat
yang gemar merantau dari satu tempat ke tempat yang lain.
Pola
hidup yang berpindah-pindah seperti ini juga terjadi pada keluarga besar
Ar-Raniri sendiri, yaitu ketika pamannya, Syekh Muhammad Jailani bin
Hasan bin Muhammad Hamid Ar-Raniri, datang ke Aceh (1580-1583 M) untuk
berdagang sekaligus mengajar ilmu-ilmu agama.
Menurut Azyumardi
Azra, kebanyakan dari para perantau ini biasanya menetap di kota-kota
pelabuhan di sepanjang pantai Samudera Hindia dan wilayah-wilayah
kepulauan Melayu-Indonesia lainnya.[]
Source: republika.co.id
0 comments:
Post a Comment