Headlines News :
Home » , » Kiat Melatih Beruk Cara Memetik Kelapa Ala Nasir

Kiat Melatih Beruk Cara Memetik Kelapa Ala Nasir

Written By Global Jurnal on Wednesday, July 25, 2012 | 18:09

Namanya tak sepanjang tali baruak: Nasir S. Begitu tertulis di tanda pengenalnya. Usia 62 tahun. Sudah tua. Tapi, dia sosok multitalenta. Tak banyak orang sekarang seperti Nasir. Ia seorang guru mengaji (Alquran), guru silat, dan pelatih beruk memetik kelapa. Tiga profesi yang ia geluti itu, tak membuatnya sibuk. Bawaannya santai-santai saja. 

Kampung Nasir di Jorong Padang Laweh, Kenagarian Tepi Selo, Lintau Buo Utara, Tanah Datar. Laki-laki enerjik yang dikarunia empat anak ini, hari-harinya dihabiskan bersama anak muda Nagari Tepi Selo dengan belajar silat yang dilakukan saat malam menjelang, seni tradisi Minang, musik Minang, berupa talempong dan lain sebagai­nya. Pada malam hari, secara rutin, Nasir mengajar ngaji Alquran. Pendek kata, nagari sumarak karena ke­sibukan Nasir. 

“Semua ini saya lakukan dengan santai tapi sungguh-sungguh. Anak muda cukup berminat dan senang dengan apa yang saya ajarkan tentang silat, talempong, dan lain sebagainya. Dalam waktu dekat, anak-anak juga akan khatam Alquran yang digelar di Surau Mato Aie Padang Laweh,” kata Nasir kepada Haluan, beberapa waktu lalu. 

Selain itu—dan kepandaian ini langka dimiliki orang lain—sebagai pelatih beruk memanjat kelapa, Nasir memang satu-satunya yang masih di nagarinya. 

Saat Haluan berjumpa di kedia­mannya, Nasir sedang asyik melatih seekor beruk memanjat kelapa. Dengan sabar dan telaten, ia mene­riaki beruk itu agar terus memanjat. 

“Pindah, pindah! Baliak, yo tu, yo tu,” teriak Nasir. Sekejab, berja­tuhanlah buah kelapa dari batangnya. Nasir tersenyum. Semen­tara beruk yang masih muda itu, berputar-putar sembari melihat ke “tuannya” Nasir. Nasir mengibaskan talinya, beruk itu pun turun dengan cepat. 

Malatih beruk, kata Nasir, butuh kesabaran dan ketekunan. “Kita harus memahami dulu karakternya. 

Dijelaskannya, melatih beruk paling lama 7 kali ajar. Setelah itu, beruk disuruh memetik kelapa yang sebenarnya. 

Berdasarkan, pengalaman kata Nasir, beruk berumur 2 sampai 3 tahun masa tingkat “kecerdasannya” tinggi. 

“Makanya, usia beruk dua-sampai tiga tahun, sangat bagus untuk melatih beruk memanjat kelapa. Capek bana mangarati,” terang Nasir. 

Proses melatihnya, sederhana saja, tahap pertama (tahap awal ), ambil kelapa agak dua biji, gantung pada pohon bercapang setinggi 2 sampai 3 meter. Gantungkan kelapa dengan tali sabut kelapa yang mudah jatuh agar beruk tak mengalami kesulitan memetiknya atau menjatuhkan kelapa. 

“Ketika kelapa yang dipegangnya jatuh, biasanya beruk itu akan berpikir, ‘mungkin ini pekerjaan saya kalau memanjat kelapa’. Lalu dikenalkan terus,” tutur Nasir sembari menunjuk beruknya yang terikat. 

Biasanya, tak sampai tujuh kali beruk sudah memahami apa yang diajarkan. Pada awalnya, kelapa diikatkan agak longgar, agar mudah jatuh. Setelah itu, agak erat sedikit, dan selanjutnya makin erat. 

“Beruk akan memutar-mutar kelapa berulang-ulang, sampai kelapa itu lepas dari ikatannya. Jika itu berhasil, maka beruk dinyatakan lulus. Waktunya cuma dua bulan,” ucap Nasir lagi. 

Imbalan yang diterima Nasir untuk melatih beruk, bervariasi. Karena memang tak pakai tarif, biasanya, seekor beruk dilatih hingga pintar memanjat kelapa, berkisar Rp200 ribu-sampai dengan Rp300 ribu. 

“Bayaran bervariasi. Pemilik beruk biasanya sudah paham dan mengerti,” katanya. 

Dari profesi melatih baruak, anak mengaji, silat, randai, tari piring, talempong pacik dan lain-lain, Nasir bisa menyekolahkan anaknya. 

Ia menceritakan juga, untuk mengajar mengaji, dirinya tak mema­sang tarif. Ia tak mendapatkan bayaran dari orangtua anak. Sama halnya dengan melatih silat, randai, tari piring, juga tak mendapatkan apa-apa. “Hanya menyalurkan hobi saja. Tapi kalau diundang ke luar daerah, kelompok seni ini menerima sedikit honor transportasi,” kata Nasir. 

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, penghasilannya berasal dari baruak rentalnya yang selalu setia menurunkan kelapa yang sudah tua. Kisarannya antara Rp60 ribu - Rp75 ribu sehari. 

“Baruak saya bukan cuma pintar memetik kelapa, tapi bisa juga durian, petai, dan jariang,” kata Nasir. Yang panting halal, Mak Nasir.[]


Source: Harian Haluan
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Global Jurnal - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger